SERI KEDUA : CIRI-CIRI PERKEMBANGAN ANTAR DEKADE
Sebagai Kelanjutan sejarah perkembangan industry kerajinan
marmer di Campurdarat Kabupaten Tulungagung,yang sempat mencari-cari bahan tulisan, tercatat beberapa generasi pelopor.Generasi-generasi ini memiliki berbagai ciri dan terobosan-terobosan yang berarti bagi perkembangan sejarah industry
marmer Tulungagung.Tercatat ada empat moment sejarah perkembangan Industri
marmer Tulungagung yakni :
1. DEKADE Pertama . ( Tahun 1962 sd tahun 1972)
Diawali sekitar tahun 1967 , yakni pengerjaan seni
marmer Tulungagung yang masih berkutat pada pemanfaatan traso, yakni butiran-butiran kecil yang dihasilkan dari penghancuran batu-batuan
marmer dan batuan lainnya yang berwarna-warni.Tegnology ini biasa diaplikasikan untuk pembuatan motif-motif pada lantai pada saat itu. Pecahan-pecahan
marmer dan batuan ini biasanya berkisar pada ukuran 0,2 sampai dengan 0,5 CM.Lantai dengan pengerjaan system ini sering disebut sebagai ubin motif Tulungagung.Selain diaplikasikan pada lantai ubin, traso ini juga dipergunakan untuk pembuatan motif pada bak mandi cetak, kijingan,pot bunga besar,ubin cetak,dan lain-lainnya.Belum ada tegnology belah batu atau penggergajian saat itu dan semuanya masih dilakukan masyarakat kami secara manual dan alat-alat sederhana.
Ciri lain dari generasi ini adalah sudah dikenal tegnology penambangan batu bongkah
marmer , akan tetapi masih sangat sederhana dan hanya menghasilkan bahan baku seukuran 40X60 CM saja.Balokan pada saat itu masih di belah dengan alat-alat “ betel dan palu besar” , cara pembelahannya pun masih dengan cara dipukul berulang-ulang. Sudah dikenal tegnology pembuatan kerajinan asbak
marmer kotak.Pada generasi pertama ini juga ditandai dengan istilah “ mbodi” atau mempola sebuah kerajinan dengan betel atau tatah dan palu.
Sistem pemasaran kala itu masih dari mulut kemulut dan dipasarkan dengan cara ideran –yakni system pemasaran door-to door , sehingga lambat laun
marmer Tulungagung ini semakin dikenal masyarakat.Pada saat itu pertambangan marmer warisan dari Zaman Hindia Belanda sudah ada di Daerah Besole, yang saat itu masih termasuk dlam wilayah underdistric Wajak.Namun pada saat itu pengelolaan daerah tambang
marmer ini sangat-sangat tertutup untuk umum belum ada pengusaha local yang ikut mengusahakan disekitar pabrik tambang
marmer Tulungagung ini.Pada Dekade ini prasasti
marmer sudah ada, karena seiring dengan aplikasi traso
marmer pada kijingan , batu nisan dan makam , tegnology letter ( sebutan grafir red: Bahasa local) sudah diterapkan .
2. DEKADE Kedua ( Tahun 1972 sd than 1982)
Generasi kedua ini ditandai dengan beberapa perkembangan teknik dalam pengolahan
marmer, antaralain,mulai dikenal tegnology bubut
marmer, yang merupakan pemanfaatan bubut besi bekas dan rusak. Tegnology bubut
marmer ini adalah tegnology pembubutan kerajinan
marmersebagaimana pengolahan kerajinan kayu, akan tetapi alat yang dipergunakan adalah bubut besi yang sudah rusak , aus komponen, dan sudah berkurang dalam hal presisi dsb.Alat ini pertama kali dikenalkan oleh Kelompok Binaan Pemerintah ORDE BARU saat itu, mirip kayak UMKM saat ini, Kelompok ini terkenal dengan nama “ ARGO BINANGUN” Kelompok ini mendapatkan program binaan pemerintah , berupa lahan dan juga perbengkelan, permodalan dan pembinaan-pembinaan teknik lainnya. Kelompok ini sekitar tahun 1975_1980 menjadi sentral pelatihan dan pendidikan tenaga-tenaga trampil pengolahan
marmer, baik dari daerah Kecamatan Campurdarat, ataupun dari daerah lain, bahkan dari luar Jawa pun banyak sekali yang belajar tegnology pengolahan
marmer ditempat ini. ( Narasumber : Bpk Irtadji Almarhum, Mantan KADES Gamping, Kec Campurdarat,Tulungagung).Pada generasi kedua ini sudah mengenal showroom, yakni sebagai tempat warga pengrajin
marmer untuk menampilkan dan mendisplay kan barang dagangan mereka. Ukuran showroom kala itu hanya kisaran 20 M2 saja, ini sudah dikatakan sebagai showroom yang besar. Secara teknik barang yang dikerjakan sudah bertambah, seperti Vas bunga, kinangan , lampu hias atau sering disebut kap lampu, tea-set sederhana, meja bulat kecil ( diameter 30 CM _40 CM saja).Selain pemasaran dengan mendisplaykan kerajinan di Showroom , warga pengrajin
marmer juga memajangkan barang dagangan dan kreasi mereka di rumah-rumah mereka, sebagai benda aplikasi perabotan rumah tangga. Dalam generasi ini sudah dikenal pengadaan bahan baku dari luar daerah,yakni berupa onik dan
marmer-
marmer daerah lainnya.Pada waktu itu dikenal
marmer Tasik, berasal dari Tasikmalaya Jawabarat, marmer bojonegoro dari daerah Bojonegoro,
marmer Timor dari daerah Timor-Timur ( sekarang Timor Leste), onik Bawean dari Kabupaten Gresik dan sebagainya. Penggunaan
marmer dan bahan onix dari daerah lain semakin memperkaya khasanah warna-warni kerajinan
marmer Tulungagung pada saat itu.Akan tetapi biasanya pengiriman bahan baku dari daerah lain merupakan transportasi titipan atau bawaan pulang, setelah mengunjungi suatu daerah tertentu . Misalnya jika Truck atau kendaraan dari Jakarta misalnya pulang membawa bahan baku dari Tasikmalaya, dan seterusnya Belum terjadi pengadaan bahan baku secara langsung seperti saat ini, yang memang secara khusus untuk mengambil bahan dari luar daerah seperti saat ini.Pada Generasi ini juga ditandai dengan mulai dikenalnya tegnology pembelahan batu dengan mesin diesel,kala itu mesin belah ini hanya berdiameter sekitar 100 CM saja , belum terdapat mesin gergaji belah yang memiliki diameter lebih dari 1 Meter, mesin penggerak gergaji ini hanya sebuah diesel . Mesin belah ini biasanya disebut Blit,blit ini memiliki banyak sekali potongan gigi baja , yang disebut sebagai segmen baja inta, Nah segmen-segmen inilah yang dipakai untuk menembus kerasnya batu-batuan itu. Pada waktu itu diperkenalkan ditahun 1980_an , dan seiring dengan tegnology ini , mulai banyak dipergunakan tegnology Derek kaki tiga, Derek ini berfungsi untuk mengangkat batu-batuan yang besar, sekitar 1 sampai 2 ton.Pada tahun 1980_an ini batu-batuan besar sudah mulai banyak dikerjakan , kisaran besar batu yang digarap pada waktu itu sudah mencapai bongkahan batu seberat 3 Ton lebih .
3. DEKADE Ketiga ( Tahun 1982_ 1992 )
Pada Generasi ketiga ini sudah mulai dikenal diskgrinder atau sering disebut sebagai skrap dalam bahasa local Tulungagung. Disk grinder ini mulai dikenalkan sebagai tegnology pengolahan
marmerdan pembentuk bahan batuan menjadi barang-barang seni yang lain , yang tidak bias dikerjakan dengan cara dibubut. Pada tahun 1983, tegnology pembuatan patung dan ornament
marmer semakin tidak terbatas jumlah kreatifitasnya, termasuk pembuatan relief dan prasasti besar, karena pembuatan prasasti besar selalu memerlukan skrap atau diskgrinder ini . Saya ingat betul pelopor kerajinan patung
marmer pada waktu itu dipelopori oleh Bapak Teguh Gondrong, beliau tercatat sebagai salah seorang seniman yang sangat idealis , sehigga banyak menelurkan karya-karya seni , baik yang sempat hit dan ataupun yang sama sekali tidak laku dipasaran . Sebagai hit sepanjang masa adalah bentuk patung kuda meringkik, ini adalah sentuhan awal beliau ketika itu. Dan kemudian dengan serta merta para pengrajin lainnya mengadu peruntungan untuk mencetak ribuan bahkan jutaan kuda meringkik, tak terhitung memang berapa jumlah “ Patung Kuda meringkik “ ini telah dihasilkan oleh seniman-seniman Tulungagung, yang dijual dipasaran local maupun pasaran internasional.Pada decade ini banyak sekali muncul dan mengadu nasib seniman-senimna dari Kota-kota sekitar , misalnya kota Blitar,Mojokerto,Pacitan , dan adapula senimna-seniman berbakat yang ikut mewarnai khasanah seni patung Dan relief dari kota Yogyakarta dan Solo. Memang perkembangan pesat Marmer Tulungagung ini banyak dihiasi dengan datangnya seniman-seniman dari luar kota.Kreatifitas-kreatifitas mereka tidak akan pernah terlupakan dalam sejarah Kerajinan
Marmer Tulungagung.
Tegnology pengerjaan relief berkembang saat para seniman dari Daerah Yogayakarta datang ke Tulungagung,mereka membawa kreatifitas baru dalam pengolahan batu untuk diaplikasikan dalam seni relief, seni relief yang dirilis kala itu bersama bapak Teguh Gondrong ini berjudul “Gapura Barong ” sampai akhirnya seni ini tidak ada yang laku sama sekali. Akhirnya banyak yang merubah motif-motif mereka dengan bunga-bungaan, baru pada karya ornamental bunga ini seni relief lebih bisa diterima oleh konsumen pecinta
marmer.
Perkembangan dibidang teknik pengerjaan , pada waktu decade ini telah dikenal gergaji batu besar , diameternya mencapai 1,3 Meter lebih , bisa menggergaji balok ukuran plat 90 CM , Ya sangat besar.Dampak dari munculnya gergaji besar ini dibidang pengerjaan plat batu , muncul beberapa varian produk meja-meja besar , seperti “ Meja Oshin “ dan Meja makan,diameter 90 CM. Dan kemudian muncul tegnology “ gergaji Osrok” ( sebutan orang local untuk gergaji horizontal tenaga bolak-balik, disebut Osrok karena suara yang ditimbulkan ). Dengan munculnya gergaji Horizontal ini , bongkahan batu sebesar apapun bisa di belah dengan rapi.Utamanya dalam bentuk-bentuk plat batu, aplikasi gergaji horizontal ini adalah untuk pembuatan bahan meja makan besar untuk diameter diatas 1 meter , meja bilyard , dan meja customer service yang sangat panjang .Tegnology ini diadopsi dari pengolahan
marmer di Italy, menurut cerita , orang Italy memberikan pesanan meja bilyard dalam ukuran yang besar yang bahan bakunya dari plat marmer, karena diyakini
marmer tidak mudah pecah jika diaplikasikan sebagai lantai dasar meja bilyard ketimbang mempergunakan kaca.Dan pada waktu itu dia memperkenalkan tegnology Italy tersebut kepada masyarakat. Mengingat tegnology aslinya sangatlah mahal, dan mencapai milyaran Rupiah kala itu, para teknisi mesin didaerah kami memodifikasi dan menciptakan kreasi mesin sendiri dengan tegnology serupa dengan mempergunakan barang-barang bekas dari pasar loakan besi tua.Mesin penggeraknya pun hanya dari mesin Kapal laut bekas yang didatangkan dari Surabaya.Sistem pemasaran masyarakat pengrajin
marmer pun mulaiberkembang pesat, pada decade ini pertama kali dikenal penjualan secara eksport, mengingat banyak sekali Turis-turis asing yang berkunjung diBali, berburu kerajinan batu-batuan ini ke daerah asli lokal penghasil kerajinan ini . Yakni Tulungagung sebagai kota
Marmer.Pada decade ini showroom_showroom
marmer dan onix semakin pesat berkembang, luasan nya pun semakin tidak terukur besarnya .Para pengusaha-pengusaha sukses telah menyulap tempat mereka menjadi showroom-showroom raksasa, yang menampung kerajinan-kerajinan raksasa pula. Pada saat itu terjadi rivalitas-rivalitas antar pengusaha local , dengan ditandai munculnya patung-patung raksasa sebagai symbol dari keberuntungan mereka.Ada patung Gajah , ada patung Kuda, Banteng , Sapid an lain-lain. Ini adalah sebagai symbol prestise mereka sebagai salah seorang pemain besar didunia
marmer ini.Kira-kira begitulah yang terjadi saat itu .
4. DEKADE keempat ( 1992 sd tahun 2002 )
Perkembangan semakin pesat pada industry kerajinan
marmer diantara tahun 1992 _2002 ) ditandai dengan munculnya varian-varian penggabungan tegnology olahan batu dengan tegnology olahan kerajinan yuang lain.Perpasangan yang sempat mendapat perhatian besar kala itu adalah munculnya varian produk dari kerajinan Cor Logam dari daerah Klaten dan Sukoharjo Jawa Tengah . Varian produk kerajinan Cor Logam ini sangat digemari konsumen dan sangat laris dipasaran.Sampai dengan beberapa tahun komponen ini sangat diburu konsumen,Betapa tidak , jika dengan mengawinkan tegnology kayu jati ukir Jepara , kerajinan meja berbahan
marmer ini harganya bisa tiga kali lipat, misalnya sebuah meja kayu ukir disilangkan dengan plat batu
marmer. Persilangan dengan ukiran Jepara tidak banyak diminati konsumen . selain harganya lebih mahal, dan pada waktu itu jarang sekali warga Jepara yang mengungsi untuk mencetak kreasi disini, mungkin mereka mempunyai tradisi seni yang lebih tua, sehingga tidak banyak yang ingin mengembangkan persilangan ini di Tulungagung.wal Hasil yang diterima konsumen adalah adalah perkawinan tegnology cor logam dari darah Klaten dan Sukoharjo.Terdapat Hit varian meja
marmer saat itu misalnya : Meja Kacangan , Meja kacangan hati, meja rias,meja telephone kembang , meja dan kursi anggur, meja Oshin kaki logam, meja Isabella, meja Monalisa , dan sebagainya . Sampai dengan saat ini masih terdapat perkawinan dua kerajinan ini secara sempurna, meskipun tidak seramai kala itu , perkawinan dua kerajinan ini masih banyak diburu konsumen, akan tetapi kelihatannnya para pengrajin
marmer intens sekali menggarap kerajinan logam mereka sehingga yang dikembangkan saat ini hanya kelas halusan dan tidak kelas brown seperti saat itu.
Dalam teknik pengerjaan
marmer terdapat perkembangan alat-alat atau tool yang dikenalakan berbagai pabrikan, Tegnology Bor duduk yang biasa diaplikasi di penegrjaan logam, tegnology “ mesin Grafir untuk pembuatan detail patung , Munculnya Delta starter untuk mesin-mesin gergaji skala besar . Penggunaan listrik sebagai tenaga alternative penggerak mesin-mesin bubut dan gergaji dan lain-lain . Semuanya berkembang dengan pesat dan para pengrajin selalu bisa menciptakan kreasi baru dalam memproduksi Kerajinan
marmer ini .
Ada perkembangan yang sangat signifikan dan mencatat sebuah hit ditahun 2000_an ini yakni munculnya Varian produk
marmer alur dan
marmerBakar . Dari sumber berita yang kami terima , mesin alur pertama kali dikenalkan oleh Mas Aris dari daerah Buret , desaSawoKecamatan Campurdarat . Sebenarnya mesin ini adalah mesin gergaji biasa, akan tetapi pada pisau gergajinya mempergunakan puluhan pisau yang biasa dipasang pada diskgrinder, sehingga
marmer yang di gergaji akan membentuk alur-alur sesuai dengan jumlah pisau diskgrinder yang ditanam.
Perkembangan
marmer bakar hamper bersamaan dengan penemuan mesin alur ini. Yakni pengembangan varian dinding
marmer , yang merubah warna alam marmer menjadi warna bahan yang terbakar.Hingga saat ini dua produk ini sangat digemari oleh Turis mancanegara .
Sekitar tahun 1998 diperkenalkan pengolahan batu dengan system chemist,yakni khususnya di barang-barang yang bermuatan huruf dan symbol.Dengan mempergunakan setting computer, maka akan dihasilkan huruf-huruf yang bervariasi dan beraneka ragam , sehingga tegnology pembuatan prasasti marmer kala itu mencatat perkembangan yang sangat berarti.
5. DEKADE kelima ( Tahun 2002 – Sekarang )
Dalam segi teknis pengerjaan
marmer tidak ada perkembangan yang signifikan ditahun 2002 sampai dengan sekarang , akan tetapi ada pergeseran model design dan varian produk ditahun-tahun dalam decade ini . Munculnya tenaga designer ini merupakan trend terbaru dikalangan pengrajin.Pada tahun 2004_2007 banyak sekali varian produk lama yang tergeser , seiring banyaknya customer dari luar negeri yang datang membawa design kerajinan
marmer sendiri untuk produk yang dipesannya. Kalau dulu para pengrajin berorientasi pada market, barang apa yang laris itulah yang diproduksi, akan tetapi pada tahun-tahun dalam decade ini, para pengrajin tinggal menunggu design order dan mereka dituntut untuk bisa mengerjakan design itu dengan tepat dan cermat . Kenapa demikian , karena biasanya customer luar negeri sangat-sangat konsen tentang ukuran dan detail produk.Kalau ditahun 90_an kita biasa menjumpai satu varian produk dengan selisih ukuran 0,5 bahkan 1 CM itu adalah biasa, akan tetapi sekarang ini anda akan hanya akan menemui satu varian dengan satu ukuran yang patent, bahkan tingkat toleransi selisih ukuran ini sangat kecil, semuanya dibawah 1,5 MM saja. Semua Tukang
marmer atau pengrajin
marmerdituntut lebih professional dibidangnya masing-masing dan dituntut lebih detail dalam pengerjaan barang produksinya.
Dampak dari pesanan-pesanan luar negeri , yakni untuk eksport quality ini antaralain :
1, Kwalitas pengerjaan semakin bagus.
2.Variasi desing semakin tak terbatas.
3.Pengadaan bahan baku batuan import.
4.Semakin canggihnya tegnology teknis yang diserap daripara bule-bule.
Disisi lain yakni tentang pemasaran
marmer , tidak hanya terbatas dengan showroom-shorom saja akan tetapi sudah memanfaat kan tegnology internet marketing sebagai salah satu perkembangan yang sangat revolusioner dibidang pemasaran kerajinan
marmer, seperti halnya yang dilakukan oleh Bintang Antik Sejahtera saat ini.